Siapa yang tidak mengenal Julian Paul Assange? Orang yang bergelut di dunia pemerintahan pasti mengenal dia. Assange adalah seorang jurnalis asal Australia yang dikenal sebagai pendiri dan juru bicara “WikiLeaks”, situs yang mempublikasikan dokumen rahasia pemerintah dan beberapa institusi. Pada tahun 1991, ketika Assange berusia 20 tahun, dia dan beberapa teman yang berprofesi sebagai hacker (pengacak komputer) memecahkan dan memasuki jaringan terminal Nortel, perusahaan telekomunikasi Kanada. Akibatnya, dia tertangkap dan dinyatakan bersalah atas 25 dakwaan yang dikenakan padanya. Dia harus membayar denda sejumlah ribuan dolar kepada pemerintah Australia, namun dibebaskan dari hukuman penjara.
Di tahun 2006, Assange memutuskan untuk mendirikan WikiLeaks. Hal ini dilakukannya karena dia yakin bahwa pempublikasian dokumen-dokumen rahasia Negara di dunia maya akan bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat internasional akan kebenaran suatu fakta. Situs tersebut memiliki server utama di Swedia. Dia dan beberapa rekan di WikiLeaks menyusup ke dalam sistem keamanan untuk mencari dokumen-dokumen rahasia Negara-negara dan kemudian mempublikasikannya.
Pada Juli 2010, situs ini mengundang kontroversi karena pembocoran dokumen Perang Afganistan. Selanjutnya, pada Oktober 2010, hampir 400.000 dokumen Perang Irak dibocorkan oleh situs ini. Pada November 2010, WikiLeaks mulai merilis kabel diplomatik Amerika Serikat. Akibatnya, banyak polisi internasional bekerja sama untuk memburu Assange untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam kebocoran informasi rahasia milik Negara. Dan pada selasa 7 Desember 2010, Assange ditangkap di Inggris pada pukul 09.30 waktu setempat. Penangkapan dilakukan atas perintah Pemerintah Swedia. Assange ditangkap terkait tuduhan pemerkosaan, pelecehan seks, dan pemaksaan ilegal di negara Skandinavia itu (tetapi ada versi lain yang menyatakan bahwa pada waktu itu Assange menyerahkan diri ke Kepolisian Inggris).
Sekalipun Assange dikecam oleh Negara-negara yang terkait akan dokumen yang berisi skandal tersebut (khususnya AS), pada tahun 2008, Assange pernah memenangkan Economist Censorship Index Award, sebuah penghargaan yang diberikan majalah "Economist" yang dikelola oleh keluarga perbankan Rothschild. Di tahun 2009, Assange dianugerahi Amnesty International Media Award atas usahanya mengekspos pembunuhan ekstra yudisial di Kenya melalui penyelidikan Tangisan Darah - Pembunuhan dan Penghilangan Ekstra Yudisial (The Cry of Blood - Extra Judicial Killings and Disappearances). Pada April 2010, Assange menerima Sam Adams Annual Award, suatu penghargaan terhadap integritas dalam ilmu pengetahuan.